Penulis: Cahya Suryani

Editor: Violita

Reviewer: Heni Mulyati

 

Masyarakat Indonesia akrab dengan kata hoaks atau informasi bohong sejak tenarnya kasus obor rakyat di masa pemilihan presiden tahun 2014. Buletin Obor Rakyat viral dengan menggunakan judul Capres Boneka dan menggunakan gambar karikatur Jokowi mencium tangan Megawati. Kasus Obor rakyat mencuat karena pengakuan dari La Nyalla Mattalitti yang mengaku turut serta menyebarkan tabloid tersebut di masa pilpres 2014. Isu Jokowi sebagai PKI, beragama Kristen, dan termasuk keturunan Tiongkok merupakan beberapa isu hoaks yang disebarkan oleh La Nyalla. Sebenarnya isu tersebut tidak hanya beredar melalui tabloid Obor Rakyat namun juga diedarkan melalui pesan berantai Blackberry Messenger. Berdasarkan pengakuan La Nyalla, tidak ada yang tahu asal-usul dari berita tersebut, dia hanya ikut serta menyebarkan berita tersebut.

Bila dirunut ke belakang, sebenarnya informasi hoaks sudah beredar jauh sebelum aktifnya media sosial seperti saat ini. Apa saja hoaks yang beredar dari masa ke masa pemerintahan dan menghebohkan publik saat itu? Berikut beberapa contoh hoaks yang sempat beredar.

 

Masa Pemerintahan Soekarno

Beredar kabar bahwa ada sepasang suami istri yang bernama Idrus dan Markonah mengaku sebagai Raja dan Ratu Kubu, Suku Anak Dalam Sumatera. Sepasang suami istri ini katanya melakukan perjalanan ke daerah-daerah dalam rangka pembebasan Irian Barat yang saat itu di tahun 1959 masih berada di tangan Belanda. Cerita ini juga terdengar sampai ke Istana. Akhirnya istana bertemu dengan sepasang suami istri itu dan memberikan jamuan. Aksi dan kedok mereka terbongkar saat bertemu tukang becak di sebuah pasar. Tukang becak ini mengenali aksi dari Idrus dan Markonah. Kasus ini dilaporkan sebagai penipuan pertama dan presiden pun menjadi korban.

 

Masa Presiden Soeharto

Beredar berita ibu yang bernama Cut Zahara Fona dari Aceh mengandung bayi yang bisa berbicara dan mengaji. Informasi ini menjadi buah bibir di masyarakat sampai menjadi berita di surat kabar. Adam Malik dan Tien Soeharto pun mendengar informasi ini dan memanggil Cut Zahara. Ketika pertemuan itu terjadi, Adam Malik dan Tien mendengarkan suara janin membaca Al Quran. Peristiwa ini pun menjadikan kabar tersebut menjadi semakin besar. Namun ternyata kabar ini dibantah oleh dokter bernama Herman yang mengatakan bahwa janin belum bisa bernapas dan mengeluarkan suara. Pernyataan ini mendapat ancaman. Namun seiring berjalannya waktu, kedok tersebut terbongkar dan ternyata Cut Zahara memasang tape recorder di perutnya.

 

Masa Presiden Megawati

Ramai informasi mengenai harta karun milik Prabu Siliwangi yang terpendam di Batu Tulis, Bogor. Bahkan Menteri Agama Said Agil Al Munawar menyampaikan informasi ini pada Megawati. Dan Megawati menunjuk Said Agil sebagai pemimpin untuk menggali harta karun tersebut agar bisa melunasi utang Indonesia. Setelah melakukan penggalian akhirnya proses tersebut dihentikan dan harta karun tidak ditemukan.

 

Masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Tahun 2008 Indonesia dihebohkan mengenai kabar air menjadi bensin (blue energy). Penemunya bernama Joko Suprapto, menerima bantuan 10 miliar dan mendirikan pabrik blue energy di Cikeas atas hasil presentasi yang dilakukannya di depan presiden. Universitas Gadjah Mada melawan pernyataan tersebut dan mengatakan bahwa informasi tersebut adalah bohong. Akhirnya Joko meminta maaf dan menjadi tersangka di Polda DI Yogyakarta karena tidak bisa mengubah air menjadi bensin.

 

Waspada Hoaks di Media Sosial

Perkembangan teknologi dan semakin gencarnya penggunaan media sosial membuat peredaran hoaks di masyarakat semakin subur. Jika diamati, hoaks yang beredar dari masa ke masa menunjukkan adanya pola yang berulang. Hoaks diproduksi, lalu dengan sengaja disebarkan oleh pembuatnya.

Jika diamati lagi, terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah penemuan internet. Sebelum adanya internet, hoaks umumnya diciptakan dan disebarkan secara sengaja oleh individu. Individu yang membuat hoaks ini cenderung dapat dilacak dan diketahui secara luas. Hoaks di zaman internet selain penyebarannya masif juga tidak diketahui siapa yang membuatnya. Salah satu penyebabnya adalah dalam ekosistem internet semua bercampur menjadi satu antara produsen pesan, penyalur, dan juga yang mengonsumsi pesan itu sendiri.

Jadi, selalu waspada dengan hoaks yang diterima melalui berbagai saluran.***